Interaksi manusia dengan digital tidak melulu harus terjadi di ranah maya. Social media memang menjadi salah satu kanal menarik yang dieksplorasi brand sejak 2 tahun belakangan ini. Namun kanal itu bukan satu-satunya brand bisa bereksplorasi digital. Masih ada ranah mobile (yang belakangan ini semakin tren) dan juga ranah offline, tempat biasanya brand melakukan engagement melaui kampanye below the line (BTL). Bahasan tulisan kali ini lebih ke engagement yang dilakukan offline.
Setiap orang tentu punya motivasi yang berbeda-beda saat ia terhubung dengan jejaring internet. Ada yang melihatnya sebagai tempat mencari ilmu. Ada yang melihat internet adalah Facebook, sehingga setiap menit matanya tak lepas dari menjelajah situs tersebut. Ada yang melihatnya sebagai potensi pasar baru. Atau mungkin saja ada yang melihatnya sebagai peluang untuk menjadi terkenal dan membangun reputasi di sana.
Sudah pentingkah layanan konsumen melalui kanal social media? Memang saat ini belum banyak brand lokal yang sudah melakukannya. Sekedar eksis punya akun di Twitter sih memang gampang, namun memanfaatkannya untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan, apalagi memfungsikannya sebagai customer service jelas bukan hal yang mudah. Perlu ada tim khusus yang siap menjawab pertanyaan konsumen setiap saat, sesepele apapun jenis pertanyaannya.
Masih terkait dalam rangkaian seri infografis di blog ini, kali ini yang ditampilkan adalah infografis keanggotaan Google+ dari Indonesia. Sumber data diambil dari situs ini, namun untuk jumlah circle-nya dicek ke profil masing-masing orang. Menariknya, tiga orang Indonesia yang di-circle oleh puluhan ribu orang semuanya adalah fotografer. Mereka memanfaatkan Google+ untuk berbagi (sekaligus promosi) keahlian fotografi mereka.
Sudah tahu tentang kontes Infografisme belum? Kalau belum silakan cek dulu infonya di situs ini. Anda bisa mengolah data-data apapun (lebih baik sih kalau terkait dengan Indonesia) menjadi tampilan visual yang menarik, enak dibaca, dan mudah dipahami. Lebih detilnya silakan cek saja aturan mainnya di sini.
Dulu orang malu dan takut berbagi cerita tentang dirinya. Sejak social media masuk jadi bagian dalam kehidupannya, batasan kemaluan dan ketakutan berkurang. Seakan-akan social media bisa menjadi tempat untuk berbagi semua cerita, baik terhadap teman lama maupun terhadap teman yang baru dikenal. Orang yang paham social media pasti sadar kalau dalam berbagi selalu ada batasannya. Yang cerdas adalah yang berbagi cerita hal-hal yang memang layak diceritakan ke publik maya. Yang cerdas pasti tak akan membeberkan informasi dan kegiatan yang bersifat sangat pribadi.
Perjalanan hidup kita selalu penuh dengan cerita. Kadang menarik, kadang membosankan, kadang butuh sesuatu untuk dikenang, kadang ada beberapa hal yang tak ingin lagi kita ingat. Pastinya di masa datang tetap akan datang momen dimana kita rindu mengingat peristiwa yang dialami di masa lalu. Kalau dulu kita merekoleksi ingatan melalui album foto cetak. Kini kita bisa mengingatnya melalui perjalanan kita di social media. Lebih mudah, gampang dicari, dan kita bisa mengingat setiap peristiwa dengan lebih detil.
Sejak sebulan lalu Facebook Page untuk brand sudah mengalami perubahan. Seharusnya sejak tanggal 30 Maret kemarin, semua Page otomatis berubah ke versi baru, yakni versi timeline. Jadi para admin social media, terima jadi saja perubahan yang terjadi di Facebook. Lagi pula ini bukan pertama kalinya Facebook Page berubah (kalau nggak salah ini sudah versi ketiga), dan bukan nggak mungkin akan berubah kembali di masa datang.
Nggak ada yang melarang bikin kontes di Twitter. Semua boleh bikin aktivitas di Twitter dalam bentuk apapun, termasuk menyelenggarakan kuis berhadiah. Cuma ya Twitter itu kan tempat umum. Seperti tempat umum lainnya, kita bebas membuat kegiatan apapun, asalkan tidak membuat orang lain merasa terganggu. Nggak beda dengan Twitter. Di setiap tweet yang kita buat sebaiknya tidak membuat orang lain jadi merasa terganggu.